Gunung Rinjani merupakan sebuah simbol kesakralan dan mistis di Pulau Lombok baik bagi suku asli Sasak yang mayoritas beragama Islam dan bagi Suku
Bali yang beragama Hindu. Mitos dan legenda, pantangan dan larangan
yang berkembang menjadi kepercayaan turun temurun membuat Gunung
Rinjani menjadi semakin menarik untuk dieksplorasi, terutama bagi anda
pecinta alam, baik alam nyata maupun alam gaib. Sejak dahulu kala,
Gunung Rinjani menjadi sumber inspirasi, kekuatan dan kehidupan bagi
masyarakat Lombok dan Bali (terutama yang menetap di Lombok) dalam arti
yang seluas luasnya. Rinjani menjadi tempat ibadah, tempat melakukan
pemujaan, tempat bertapa tempat menyucikan senjata pusaka bagi kedua
kelompok masyarakat tersebut. Selain itu, Gunung Rinjani memberikan
kehidupan bagi seluruh kawasan pertanian yang ada di Pulau Lombok karena
dari kawasan hutan lindung yang ada di Gunung Rinjani, air mengalir
terus sampai ke segala penjuru Pulau Lombok. Ini terjadi karena
keberadaan Danau Segara Anak di kawasan Gunung Rinjani yang terletak
pada ketinggian sekitar 2000 m di atas permukaan laut yang tidak saja
menakjubkan secara keindahan namun juga berkedudukan penting karena
berfungsi sebagai penampumng air yang tak kunjung kering sepanjang tahun
yang selanjutnya teralirkan ke kawasan pertanian di seluruh Pulau
Lombok.
Menyadari fungsi Gunung Rinjani
yang begitu starategis bagi kehidupan masayarakat Lombok dan bangsa
Indonesia pada umumnya, pemerintah akhirnya menetapkan Gunung Rinjani
sebagai Taman Nasional dan ditetepakan secara resmi sebagai Kawasan
Suaka Margasatwa oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1997 berdasarkan SK
No. 280/Kpts-V/1997 tanggal 23 Mei 1997. Luas dari kawasan Taman
Nasional Gunung Rinjani mencapai 41.330 ha hutan yang secara geografis
terletak di antara koordinat 116021’30″ – 116034’01″ Bujur Timur (BT)
dan 8018’18″ – 8032’19″ Lintang Selatan (LS). Selanjutnya, secara
wilayah administratif, Taman Nasional Gunung Rinjani termasuk ke dalam 3
kabupaten; Kabupaten Lombok Utara, Lombok Tengah dan Lombok Timur.
Taman Nasional Gunung Rinjani
rupanya tidak hanya penting bagi masyarakat yang tinggal di Pulau
Lombok, tapi ternyata juga penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan kemajuan bangsa. Ini ditunjang oleh keanekaragaman hayati baik flora
fauna dan vegetasi yang variatif yang merupakan tipe flora dan fauna
dari hutan dataran tinggi. Keunikan keragaman hayati di kawasan Taman
Nasional Gunung Rinjani terjadi karena Lombok dipercaya merupakan titik
peralihan Zona flora dan fauna Asia dan Australia yang lebih dikenal
dengan The Wallacea Line.
Selain
sebagai “laboratorium” yang penting bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, Taman Nasional Gunung Rinjani juga menjadi gunung yang
sangat menantang dan menarik bagi para pecinta alam atau penggemar
petualangan mendaki gunung. Keindahan alam di kawasan Gunung Rinjani
seolah dapat menyihir para pendaki sehingga rasa letih mereka terasa
hilang begitu menapakkan kaki di Gunung Rinjani. Banyak di antara para
pendaki baik nusantara maupun mancanegara yang kembali dan mendaki
Gunung Rinjani berulang-ulang karena keindahan dan tantangan yang ada
di sepanjang rute pendakian. Untuk melakuakan pendakian ke kawasan
Taman Nasional Gunung Rinjani, para pendaki dapat melakukannya melalui
dua jalur pendakian yang paling disarankan oleh Pengelola Kawasan Taman
Nasional Gunung Rinjani yaitu rute Senaru dan rute Sembalun. Perkiraan
waktu tempuh dari Bandara atau Senggigi ke Senaru adalah kurang lebih 3
– 4 jam dengn kendaraan umum atau 2 jam dengan kendaraan pribadi dan
ke Sembalun kira-kira 4 – 5 jam dengan kendaraan umum atau 3 jam
dengan kendaran pribadi.
Selama
dalam perjalanan pendakian di Gunung Rinjani, para pendaki ditawarkan
pengalaman yang menakjubkan; tantangannya, keindahannya dan misteri di
balik legendanya merupakan hal yang tak kan terlupakan. Sebagian dari
tempat-tempat menarik dan hal unik yang akan dilalui dan dijumpai
sepanjang perjalanan adalah Bunut Ngengkang, Montong Satas, Sanggah
Basong (Muntiacus Muntjak), Gua, Aiq Kalak, Danau Segara Anak,
Kalimantong (Strawberry Lokal), Edelweiss atau Sandar Nyawa (Anaphalis
Javanica), Puncak Rinjani, dan Gunung Baru dll.
Gunung Rinjani
yang sangat disakralkan dan dihormati oleh masyarakat Bali dan Sasak
Lombok ternyata memiliki lusinan pantangan dan larangan bagi setiap
orang yang berziarah (mendaki) Gunung Rinjani. Beberapa diantara
pantangan dan larangan bagi penziarah (pendaki) yang sedang berada di
Gunung Rinjani adalah laranagn untuk berkata-kata kotor, berkata-kata
yang menunjukkan kekhawatiran atau keluh kesah. Konon apabila penziarah
berkeluh kesah atau mengungkapkan kata-kata yang menunjukkan
kekhawatiran maka hal yang dikhawatirkan tersebut akan serta merta
menjadi kenyataan. Misalnya, bila mengatakan, “akan turun hujan”, makan
serta merta hujan akan turn. Selain itu, suami istri juga dilarang
melakukan hubungin intim ketika berada di sana.
Gunung
Rinjani adalah tempat suci bagi umat Hindu Bali karena dianggap
sebagai tempat bersemayamnya para Dewa dan juga tempat suci bagi Suku
Sasak karena dipercaya sebagai tempat tinggal para wali dan tokoh abadi
Dewi Anjani
Selain
pemandangan yang menakjubkan di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani,
para pendaki juga dapat mengeksplorasi keunikan dan legenda yang
terdapat di dalam tiga gua di sekitar Danau Segara Anak yaitu Gua Susu,
Gua Payung, dan Gua Manik. Yang paling ternama dan unik dari ketiga gua
itu adalah Gua Susu karena mitos yang berkembang di antara para
pendaki tradisonal. Di dalam gua ini air menetes dari ujung-ujung
bebatuan yang menyerupai puting susu dan itulah sebabnya gua ini
disebut Gua Susu. Uniknya, rasa air yang menetes dari setiap “puting”
tersebut berbeda beda. Suhu di dalam Gua Susu terasa cukup panas dan
mengeluarkan uap sperti pada sauna. Mulut Gua Susu yang sempit
dipercaya akan menjadi lebih lebar jika yang memasukinya adalah orang
baik sehingga dia akan lebih mudah untuk masuk. Sebaliknya, jika yang
masuk adalah orang jahat maka mulut gua akan menjadi semakin sempit dan
menyulitkan orang tersebut untuk masuk. Gua ini sering digunakan
sebagai tempat bermeditasi atau bertapa oleh mereka yang sedang mencari
kekuatan gaib.
Dalam
Bahasa Sasak aiq berarti air dan kalak berarti panas. Air panas yang
keluar dari perut Gunung Rinjani dan teralir ke kolam-kolam kecil yang
bertingkat (terraced) di sekitar Danau Segara Anak. Karena itulah, suhu
air pada satu kolam dan kolam lainnya berbeda-beda sehingga para
pendaki dapat memilih suhu yang sesuai. Aiq Kalak menjadi solusi yang
efektif untuk menghilangkan letih akibat rute pendaakian yg cukup
menantang. Selain itu, kandungan sulfurnnya yang tinggi dapat pula
mengobti penyakit kulit ringan dll.
Salah
satu dari kolam air panas adalah Pengkereman Jambangan. Kolam air
panas ini dipercaya oleh pendaki tradisional memiliki tuah. Oleh karena
itu, banyak di anatara para pendaki merendam atau mencelupkan senjata
pusaka mereka seperti keris, tombak, dan kelewang dengan maksud menguji
kekuatannya. Bila benda pusaka tersebut tidak memiliki kekuatan
supranatural yang cukup maka benda pusaka tersebut akan serta merta
rusak atau bengkok. Selain itu, Pengkereman Jambangan juga dipakai untuk
menguji minyak obat bertuah yang terbuat dari minyak kelapa. Bilamana
minyak yang biasanya disebut Siu Satus Tunggal (seribu hajat) itu
direndam dan berubah menjadi semakin jernih maka ini berarti bahwa
minyak tersebut punya kekuatan untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan
bahkan dapat memberikan efek kebal senjata tajam bila diminum.
Dananu
Segara Anak adalah danau di kawah Gunung Rinjani yang terletak di atas
ketinggian sekitar 2000 m di atas permukaan laut. Dari rim, Danau
Segara Anak tampak sangat luas seperti miniatur lautan. Oleh karena
itulah danau ini disebut Segara Anak karena dalam Bahasa Sasak segara
artinya laut dan anak artinya mini atau miniatur. Konon Danau Segara
Anak selain eksotis juga dipercaya sebagai tempat bermukimnya makhluk
gaib yang ada di Gunung Rinjani dan sebagian besar dari makhluk gaib
tersebut dipercaya beragama Islam. Dalam masyarakat Sasak Lombok
berkembang mitos bahwa apabila seseorang melihat Danau Segara Anak dalam
keadaan luas maka ini menandakan bahwa umur orang yang melihat
tersebut masih panjang. Sebaliknya jika Danau Segara Anak baginya
tampak sempit, ini menandakan bahwa umur orang tersebut sudah pendek.
Menariknya,
selain dipercaya sebagai tempat tinggal makhluk gaib, Segara Anak juga
dipercaya oleh masyarakat Sasak Lombok yang beragama Islam sebagai
tempat tinggalnya para wali yang telah, dalam pandangan manusia,
meninggal. Jadi Masyarakat Sasak Lombok percaya bahwa para wali yang
mereka anggap keramat tidaklah meninggal melainkan pindah dan menetap di
Gunung Rinjani. Sejalan dengan itu, Masyarakat Sasak Lombok juga
percaya bahwa di sekitar Danau Segara Anak atau kawasan Gunung Rinjani
terdapat sebuah masjid besar yang dibangun oleh para gaib yang tinggal
di sana. Selain sebagai tempat ibadah rutin, masjid tersebut juga konon
dipercaya sebagai tempat diadakannya pertemuan rutin dan istimewa bagi
para wali baik yang sudah tinggal di sana (meninggal) maupun para wali
yang masih hidup namun memiliki kekeramatan dan mampu menembus alam
gaib. Lagi-lagi, masyarkat Sasak Lombok percaya bahwa para wali inilah
yang selalu berusaha dengan keras untuk menjaga Gunung Rinjani agar
tidak meletus dan menyengsarakan penduduk Lombok.
Gunung
Baru adalah sebutan untuk gunung yang muncul dari aktifitas gunung
berapi Rinjani yang muncul di tengah Danau Segara Anak. Gunung Baru ini
sesekali terlihat mengeluarkan asap gunung berapi. Menurut kepercayaan
masyarakat Gunung Baru merupakan pusar Gunung Rinjani. Gunung Baru
meletus terakhir pada tahun 1994 namun tidak terlalu dahsyat sehingga
tidak berakibat buruk bagi masyarakat Lombok. Sebagian masyarakat Lombok
justru mempercayai bahwa Gunung Baru meletus karena bangsa jin yang
bermukim di sana ssedang membangun sesuatu. Hal ini tampak dari bebatuan
yang tersusun rapi dan indah di sekitar kaki Gunung Baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar